Kamis, 23 Agustus 2012

Tugas Prophetik dan Relasinya Dengan Proses Pendidikan (Analisis Terhadap Surat Jum'at Ayat:2)


TUGAS PROPHETIK DAN RELASINYA DENGAN PROSES PENDIDIKAN UMAT ISLAM
(Studi Analisis atas Surat Jum’ah:2)




A.                Mukaddimah
Nabi Ibrahim as. yang dikenal dengan sebutan:”Abu Al-Anbiya’” (Bapak Para Nabi), memohon kepada Allah SWT. Agar kelak di kota  Makkah diutus seorang pemimpin dari kalangan mereka dengan mengemban  empat  tugas pokok:membacakan ayat-ayat-Nya, mengajarkan al-Kitab dan al-hikmah serta mensucikan mereka.
Do’a Nabi Ibrahim as.  baru dikabulkan oleh Allah SWT. kurang lebih setelah seribu empat ratus tahun kemudian  dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul yang terakhir.  Suatu hal yang menarik dari peristiwa ini adalah, adanya perubahan urutan bidang tugas pokoknya, dimana posisi tazkiyah yang awalnya menduduki posisi keempat, menjadi urutan kedua. Perubahan urutan ini tentu saja memiliki signifikansinya sendiri, dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat yang akan dipimpin  dan dididik oleh Nabi Muhammad saw.,serta terkait dengan proses pendidikan yang akan menjadi tugas utama beliau ke depan dalam mendidik umatnya.
Menurut cacatan sejarah,masyarakat Makkah memiliki pendidikan sangat rendah,  mayoritas mereka tidak bisa membaca dan menulis, bahkan  beliau pun demikian juga. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya sistem pemerintahan yang kokoh dan diakui eksistensinya oleh semua pihak, dekadensi moral yang ditandai dengan semaraknya minuman keras dan praktik prostitusi serta pembunuhan terhadap anak perempuan, peperangan antar kabilah yang terus menerus, fanatik buta terhadap warisan budaya kakek moyang, dan  penyembahan terhadap berhala yang nyata-nyata bertentangan dengan ajaran tauhid yang dibawa  oleh Nabi Ibrahim as.
Dari kondisi masyarakat yang demikian, Rasulullah saw.diberi amanat oleh Allah SWT. untuk mendidik mereka dengan empat proses pendidikan  dengan urutannya yang sudah direvisi   tersebut.Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah saw.mendidik umatnya dengan panduan al-Qur’an  dan inayah Allah SWT. serta jihad yang kontinue, mampu mengangkat mereka dari kesesatan yang nyata menjadi ummat yang menerima petunjuk, dan menjadikan mereka khairu ummah, memiliki kebudayaan yang tinggi serta mampu menaklukkan dua peradaban besar pada masanya yaitu: Romawi dan Persia, serta mempolanya dengan budaya islami yang diambil dari nilai-nilai al-Qur’an dan al-Sunnah.
Tulisan ini berupaya menganalisis Surat Jum’ah ayat:2 dengan menkorelasikan dengan ayat-ayat terkait yang relevan dengan missi prophetik dan relasinya dengan proses pendikan yang mampu mencetak khairu ummah, dengan tujuan, agar dijadikan bahan renungan bagi para pendidik dan pewaris kenabian dalam mendidik generasi khairu ummah yan kita cita-citakan bersama.

B.                 Tugas Pokok Rasulullah saw.Dalam Mendidik Ummatnya
Dalam Surat Jum’at ayat :2 Allah SWT. :

uqèd Ï%©!$# y]yèt/ Îû z`¿ÍhÏiBW{$# Zwqßu öNåk÷]ÏiB (#qè=÷Ftƒ öNÍköŽn=tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä öNÍkŽÏj.tãƒur ãNßgßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJõ3Ïtø:$#ur bÎ)ur (#qçR%x. `ÏB ã@ö6s% Å"s9 9@»n=|Ê &ûüÎ7B ÇËÈ  
“ Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,”

Dalam ayat ini Allah menyebutkan empat tugas asasi Rasullah saw.dalam mendidik umatnya yang ummi(tidak bisa  membaca dan menulis) serta sesat yang nyata dari berbagai aspek kehidupan mereka. Keempat tugas pokok terseebut adalah:

1.                  Menanamkan aqidah yang benar dengan metode “Tilawah”.
Kata “tilawah” dalam Bahasa Arab biasa dipakai untuk membaca teks, berbeda dengan kata“qira’ah” yang artinya lebih luas, karena kata ini dipergunakan untuk membaca teks dan menganalisa situasi dan kondisi sesuatu.Metode tilawah  ini lebih cocok untuk diterapkan dalam mendidik orang-orang Makkah yang mayoritas tidak bisa membaca dan menulis.Ini bukan berarti bahwa penduduk Makkah tidak didorong untuk bisa baca tulis,tetapi hal ini lebih berupa poses pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. terhadap umatnya.Buktinya,ayat pertama yang turun adalah perintah membaca.
Perintah membaca, memndorong masyarakat yang belum bisa membaca untuk segera berupaya bisa membaca, dan bagi yang sudah bisa membaca didorong untuk mempergunakan kemampuan membacanya untuk menulis gagasan atau ide-ide yang tertuang dalam ayat-ayat  dari hasil pembacaan dan analisisnya, sebagaimana Allah mengisyaratkannya dalam Surat al-Qalam yang turun berikutnya.   
Kata “ayat” memiliki makna yang beragam, diantaranya : Mu’jizat (QS. Thaha:22-23:
öNßJôÊ$#ur x8ytƒ 4n<Î) y7Ïm$uZy_ ólãøƒrB uä!$ŸÒøt/ ô`ÏB ÎŽöxî >äþqß ºptƒ#uä 3t÷zé& ÇËËÈ   y7tƒÎŽã\Ï9 ô`ÏB $uZÏF»tƒ#uä uŽö9ä3ø9$# ÇËÌÈ  

Tanda-tanda (QS. Ali Imran:41):
tA$s% Éb>u @yèô_$# þÍk< Zptƒ#uä ( tA$s% y7çGtƒ#uä žwr& zOÏk=x6è? }¨$¨Y9$# spsW»n=rO BQ$­ƒr& žwÎ) #YøBu 3 ä.øŒ$#ur y7­/§ #ZŽÏWŸ2 ôxÎm7yur ÄcÓÅ´yèø9$$Î/ ̍»x6ö/M}$#ur ÇÍÊÈ  
 bukti nyata kekuasaan Allah (QS. Yunus:92)
ôs)s9ur $tRù&§qt/ ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) r&§qt7ãB 5-ôϹ Oßg»oYø%yuur z`ÏiB ÏM»t6Íh©Ü9$# $yJsù (#qàÿn=tG÷z$# 4Ó®Lym ãNèduä!%y` ÞOù=Ïèø9$# 4 ¨bÎ) y7­/u ÓÅÓø)tƒ öNæhuZ÷t/ tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $yJŠÏù (#qçR%x. ÏmŠÏù tbqàÿÎ=tGøƒs ÇÒÌÈ  
“Dan Sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus[705] dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu”.
, dan ayat Al-Qur’an Surat al-Nahl:101
#sŒÎ)ur !$oYø9£t/ Zptƒ#uä šc%x6¨B 7ptƒ#uä   ª!$#ur ÞOn=ôãr& $yJÎ/ ãAÍit\ム(#þqä9$s% !$yJ¯RÎ) |MRr& ¤ŽtIøÿãB 4 ö@t/ óOèdçŽsYø.r& Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÊÉÊÈ  
“ dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya Padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya, mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan saja". bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui”.
Dari makna-makna ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dibacakan oleh Rasulullah saw. terfokus pada persoalan aqidah, dan secara faktual ayat-ayat Makkiyah banyak terfokus pada persoalan ini, dengan titik tekan pada  pembuktian ketuhanan Allah SWT., kerasulan Nabi Muhammad Saw.,kemu;jizatan al-Qu’an,hari akhirat dan aqidah lainnya serta penanaman loyalitas kepada ajaran-ajaran-Nya.Dengan demikian,  pendidikan aqidah   seharusnya dijadikan fondasi dalam pendidikan Islam dalam rangka membentuk kepribadian yang kokoh,  tangguh setangguh akar tunjang yang menyangga pohon yang tinggi menjulang ke langit.
Agar tilawah ayat ini benar-benar efektif dalam menanamkan aqidah yang benar,diperlukan cara tilawah yang baik dengan tahapan berikut:
a.Shihhatu al-Nutqi (bacaannya harus benar,sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid) untuk memberi kesempatan yang cukup untuk menghayati maknanya,sebagaimana diperintahkan dalam al-Quran.
 b.Shihhatu al-Tadabbur ( menghayati makna dan arahannya) sebagaimana firman Allah:

c.Shihhatu al-Taatstsur ( beriteraksi dengan makna dan petunjukkanya) yang ditandai dengan kekhusyuaan dan tetesan air mata  dan gerakan emosinal lainnya,sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qufr’an:

d.Shihhatual-‘amal( apa yang dirasakan dalama batinnya hendaknya diamalakan dalam kehidupan nyata) sebagai relasasinya,sebagaimana diisyaratkan dalam Surat al-Anfal:
$yJ¯RÎ) šcqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sŒÎ) tÏ.èŒ ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sŒÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍköŽn=tã ¼çmçG»tƒ#uä öNåkøEyŠ#y $YZ»yJƒÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGtƒ ÇËÈ   šúïÏ%©!$# šcqßJÉ)ムno4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ   y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4 öNçl°; ìM»y_uyŠ yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOƒÌŸ2 ÇÍÈ  
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.

Dengan proses tilawah yang demikian memberi peluang bagi Rasulullah saw.   untuk melanjutkan  proses pendidikan berikutnya,yaitu tazkiyah. Ibaratnya,beliau telah memproses  awal pendidikan dengan cara menyemai biji di tanah agar tumbuh akarnya,sebagaimana diisyaratkan dalam  dalam firman Allah:
Biji akar yang tumbuh ini,tentu akan bertunas dan muncul kepermukaan.Untuk itu perlu disiapkan proses berikutnya,yaitu upaya pembersihan lingkungannya agar tumbuh sehat dan berkembang dengan baik.Proses tersebut dalam ayat disebut dengan” tazkiyah”.
2.Bidang Tazkiyah
Kata “Tazkiyah” dalam bahasa arab berarti : perbaikan, pembersihan dan pengembangan. Makna kata tazkiyah ini terkait erat dengan proses pembinaan kepribadian manusia, yang dalam bahasa pendidikan modern disebut perubahan tingkah laku dari yang tidak disukai menjadi yang disukai.Proses ini perlu waktu yang panjang dan perlu perhatian yang serius dan konstan. Ayat-ayat Makkiyah yang turun sekitar tiga belas tahunan yang isinya mayoritas menekankan penanaman aqidah dan akhlak,memberikan indikator bahwa proses ini lebih panjang dari proses pendidikan berikutnya.Metode penyampaiannya  pun bervariasi,seperti kisah,amtsal (perumpamaan),sumpah dan lain-lain.
Dalam Al-Qur’an, tazkiyah  mencakup tiga hal; akal, jasmani dan jiwa manusia. Tazkiyah akal difokuskan pada upaya merubah pola pikir manusia pada tataran berikut ini :
a.                   Perubahan dari pola pikir kontemplatif menjadi pola pikir Introspektif. Artinya ,seorang muslim dituntun agar tidak memikirkan apa penyebab eksternal yang menimpa dirinya, tetapi hendaknya menfokuskan pikirannya kepada penyebab internalnya. Ia hendaknya memikirkan mengapa hal tersebut terjadi pada dirinya, dan kaumnya, apa salah dia dan apa salah kaumnya, sehingga diharapkan membenahi pembinaan dirinya dan tidak menyalahkan pihak lain. (lihat : QS. Al-Syura’ :3)
b.                  Perubahan dari pola pikir taqlidis menjadi pola pikir reformis agar bisa menerima perubahan. Seorang yang terbiasa meniru kebiasaan nenek moyangnya,  biasanya sulit untuk melepaskannnya,apalagi untuk menerima perubahan. Diantara penyebab tidak berimannya orang-orang musyrikin Makkah, karena mereka taqlid buta terhadap para leluhurnya, sehingga apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ditolak mentah-mentah walau pun sesuai dengan akal sehat manusia (al-Baqarah:170)
c.                   Perubahan dari pola pikir spekulatif dan bias kepentingan , kepada pola pikir ilmiah yang berbasis pada data-data ilmiah yang ditarik dari hasil pendengaran(wawancara dan lainnya),observasi dan analisis,sebagaimana diisyatakan dalam firman Allah Surat al-Isra’:36).
d.                  Perubahan dari pola pikir subjektif, kepada pola pikir  objektif yang tidak terpengaruh dengan bias kepentingan pribadi,kelompok atau golongan,sebagiamana diisyaratkan dalam firman AllahSurat al-Maidah :
e.                   Perubahan pola individualistik, kepada pola pikir kolektif,sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah dalam Surat al-Anfal:25.
f.                   Pola pikir yang memadukan antara teori dan praktik,sebagaimana firman Allah QS.Shaf :2
Sedangkan dalam aspek tazkiyah jismiyah (pembersihan jasmani),difokuskan
Pada empat hal:
a.Makananan yang dikonsumsi hendaknya dipastikan halal dan thayyib,sebagaimana friman-Nya dalam Surat al-Baqarah:168)
b.Tidak mubadzzir dan israf dalam mengalokasikan dan menakar makanan dan minuman,sebagaimana firman Allah Surat al-A’raf:31 dan
c.Bersyukur kepada Allah dan peduli kepada orang fakir dan miskin,sebagaimana diisyaratkan dalam Surat al-Haj:28 dan al-Ma’un.
d. Anjuran untuk menikah sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Nisa’:2
d.Anjuran membangun rumah untuk tempat tinggal bersama keluarga agar merasa tenang,nyaman dan aman,sebagaimana diisyaratan dalam Surat al-A’raf ay:19
            Sedangkan pembinan ruhiyah difokuskan pada aspek ubudiyah dan akhlaqiyah.Fokus pembinaan ini bisa dibaca dalam surat al-Muddatstsir dan al-Muzammil.Dalam Surat al-Muddatstsir setiap muslim dituntut untuk melaksanak tugas indzar(memberi kabar penakut),menggungkan Allah,membersihkan pakaian lahir dan batin dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.Sedangkan dalam Surat al-Muzamil  khususnya pada ayat-ayat permulaan,menekankan pelaksaan  kewajiban shalat malam  dengan volume yang variatif.Penekanan kewajiban shalat mala ini yang berlangsung sampai keselas kenabian,yang kemudian dirubah dengan kewajiban shalat fardhhu lima waktu sepulangnya Nabi dari Isra’ dan Mi’raj,menunjukkan urgensi shalat malam dalam pendidikan dalam membentuk kepribadian yang tangguh.Para sabahat awal terkenal dengan sebutan”ruhban fi al-laili dan fursan fi al-Nahar( mereka layaknya para pendeta pada malam hari,dan pada siang harinya seperti para penunggang kuda (berjihad fi sabilillah)”.
 Pribadi yang kokoh keimanan dan akhlaknya, akan mampu menjalankan seluruh perintah Allah dengan keikhlasan, dan menjauhi larangan Allah dengan penuh keta’atan kepada-Nya.Ia tidak akan berani merekayasa hukum-hukum syari’ah untuk menjustifikasi kepentingan pribadinya.Ia tidak akan pernah merasa terbebani dengan segala aturan yang tertera dalam al-Qur’an,sebagaimna dinyatakan dalam Surat al-A’raf:1.
Menurut hewat penulis,inilah rahasia mengapa urutas tugas Rasulullah saw. Yang disulkan oleh Nabi Ibrahim direvisi, sehingga tazkiyah yang semula berada pada posisi keempat, menjadi posisi yang kedua.Pribadi yang matang aqidah dan akhlaknya, tidak mungkin mempermainkan hukum,tetapi akan selalu sami’na wa atha’na, seperti yang terjadi pada sejarah perjalanan hidup para sahabat.Kalau   pun terjadi pelanggaran,seperti pada kasus perang Uhud atau perang Mu’tah di mana 3 sahabat tidak pergi jihad karena alasan tertentu,mereka rata-rata menyadri kesalahannya dan bertaubat, dan jumlah kasusnya sangat minim.
3.Bidang Ta’lim Al-Kitab
Ta’lim al-Kitab (mengajarkan al-Kitab).Para ulama tafsir rata-rata menafsirkan kata al-Kitab ini dengan al-Qur’an.Pertanyaannya kemudisan adalah ,apa bedanya dengan tugas pertama dan kedua di atas,bukankah yang dibacakan  untuk mendidik mereka adalah ayat-ayat al-Qur’an? .Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan al-Kitab ini,memang al-Qur’an tetapi focus utamanya adalah ketetapan-ketetapan Allah yang berupa hukum-hukum  praksis sehari-hari yang mengatur kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, dengan argumentasi berikut:
a.Ayat-ayat hukum rata-rata turun setelah Rasulullah saw. Hijrah ke Madinah.
b.Rasullah saw.sudah menjadi penguasa tunggal di Kota Madinah yang memungkinkan untuk mengatur kehidupan masyarakat dan bebangsa .Kondisi kondusif seperti ini tidak bisa beliau  temui  di Kota makkah,karena yang berkuasa di sana orang-orang musyrikin.
c. merupakan pembekalan bidang keilmuan secara teroritis, yang dengannya diharapkan umat Islam memiliki pengetahuan yang cukup tentang ajaran agamanya, sehingga seluruh perkataan dan perbuatannya didasari atas ajaran yang dianutnya.Dan secara realitas kajian dan produk pemikiraan umat Islam banyak tertuang pada aspek hukum ini.
d.Tugas ketiga ini sebenarnya sudah disosialisasikan dalam perjalanan Isra’ dan mi’raj dengan menvisiualasikannya kepada Rasulullah saw.apa yang akan dilakukan oleh umatnya selama perjalan mi’rajnya dengan didampingi oleh Malaikat Jibri as. Yang berfunfsi sebagai pemandu dan penafsir dari apa yang divisualisasikan kepadanya.
.Bukti konkritnya,ayat-ayat Madani memuat hukum tentang mu’amalah,hudud ,qishahs,ekonomi , politik dan ilmu-ilmu  pendukung lain-lainnya yang  pada keseluruhannya menjadi dasar pijak dalam membangun kebudayaan berbasis al-Qur’an,dan tugas ini benar-benar  diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setelah beliau hijrah ke Kota Madinah.
4.Bidang Ta’lim Al-Hikmah
Kata hikmah dalam al-Qur’an memiliki makna pelajaran (QS.Al-Qamar:4-5). Akurat dan tepat (QS. Hud:1), solusi yang pas (QS. Al-Fushshilat:63), kemampuan (QS.Al-Baqarah:269), pemahaman dan pengetahuan (QS. Luqman:12) dan kemampuan menakar, mengatur dan bertindak yang bijak (QS. Al-Nahl:125).
Dari makna hikmah diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi fokus pembinaan berikutnya adalah kemampuan memadukan antara teori dan praktik, sehingga segala ucapan dan tindakannya benar-benar bijaksana. Imam Syafi’I berpendapat  bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah sunnah.Pendapat ini menurut hemat penulis cukup kuat,karena setiap Nabi dibekali danngan kitab suci dan hikmah, yang  berarti hikmah memiliki makna lain, dan fungsi yang berbeda, tetapi pelengkap.Oleh karenanya, setiap Nabi merupakan penerjemah dari kitab sucinya  baik dengan kata-kata,perbuatan dan keputusan atau sikap yang menunjukkan persetunjuannya, dan secara kuantitas mereka lebih banyak daripada kitab suci yang diturunkan sebagai hidayah bagi umat manusia.
Diutusnya Para Nabi dan Rasul. As yang semuanya berasal dari komunitas kaumnya agar agenda perubahan yang diusungnya  lebih diterima oleh kaumnya, karena mereka tahu persis asal-usulnya,kejujuran dan amanahnya.Oleh sebab itu,sebaiknya para pendidik juga berasal dari komunitas yang sama,karena mereka lebih tahu tentang situasi dan kondisi masyarakatnya,problem yang mereka hadapi,adat istiadat yang berkembang,tempat tinggal yang permanen dan terjangkau dan hal-hal lainnya sehingga integritas dan loyalitasnya benar-benar teruji.
Kesimpulan/Penutup
                        Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan berikut:
1.      Tugas esensial rasulullah SAW dalam mendidik ummatnya meliputi 4 bidang :Bidang aqidah yang di fokuskan pada pelurusan persepsi tentang Allah SWT, rasul , hari kiamat, dan rukun-rukun iman lainnya. Bidang pembinaan kepribadian yang difokuskan pada pembinaan mental spiritual, peluruaan pola pikir dan pembinaann jasmani. Bidang pembekalan keilmuan yang difokuskan pada ilmu-ilmu syariat dan pendukungnya, dan bidang keterampilan yang difokuskan pada kemampuan dalam mengaplikasikan  ilmu yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana dicontohkan oleh Nabi dalam sunnahnya baik yang berupa ucapan,perbuatan dan persetujuannya.
2.      Diutusnya Nabi Muhammad saw. Sebagai rasul merupakan karunia Allah untuk umat manusia. Karunia ini nampak ketika dikaitkan dengan pernyataan Allah pada penghujung ayat, bahwa ummatnya pada awalnya benar-benar dalam kehidupan sesat yang nyata yang meliputi aqidah,ibadah,mu’amalah,politik dan lain-lainnya ,yang dengan jihad dan kesabaran beliau, kehidupan mereka berubah menjadi kehidupan yang dipandu oleh hidayah Al-Qur’an ,diselamatkan dari keterpurukan dan menghantarkan mereka menjadi ummat terbaik yang disegani oleh kawan dan lawan.
3.       Ayat ini memberi tuntunan kepada kita bahwa merubah masyarakat yang sesat dalam segala bidang kehidupannya menuju masyarakat yang memiliki panduan yang jelas, sangat mungkin dilakukan, apalagi sekedar merubah masyarakat  yang sesat dalam hal-hal yang bersifat parsial. Hal ini  juga semakin memperkuat bukti bahwa Al-Qur’an secara historis mampu melakukan perubahan yang mendasar dalam diri manusia.
4.      Perubahan urutan isi Nabi Ibrahim yang semula tazkiyah menduduki urutan terakhir kemudian menjadi urutan kedua, menunjukkan bahwa tazkiyah hendaknya didahulukan pelaksanaannya dari pada ta’lim Al-Kitab dalam proses pendidikan dan pembinaan kepribadian peserta didik.Proses ini diperkuat dengan kronologi turunnya surat-surat periode awal:Al-‘alaq,al-Muddatstsir,al-Muzammil dan al-Qalam.
5.      Terminologi tazkiyah dalam al-Qur’an lebih tepat diterjemahkan dengan pendidikan yang meliputi 3 komponen pokok: pendidikan jasmani,rohani dan akal.
6.      Seorang pendidik termasuk para da’i seharusnya menambah keilmuannya agar mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan bijaksana

7.      Pendidikan aqidah merupakan  fondasi dari seluruh aspek pendidikan manusia, ia ibarat akar dari sebuah pohon.Keruntuhan total kepribadian manusia akan terjadi apabila aqidahnya rusak total, sebagaimana sebuah pohon akan tumbang apabila akarnya tercabut total.Untuk itu,perlu diperhatikan dan disiram dengan hidayah al-Qur’an dan Sunnah agar tumbuh sehat ,berkembang dan tangguh dalam menyangga pohon keislamannya yang selalu menghadapi realitas  kehidupan yang beragam dan menantang ,dan pada akhirnya diharapkan mampu melahirkan ihsan-ihsan yang setiap saat bisa dinikmati oleh seluruh insan.  (Wallau a’lam bi al-shawab)

2 komentar:

  1. assalamu'alaikum pak basri, saya kartono mahasiswa sti alkarimiyah, semester 3 mp, saya ingin bertanya pak, apakah kehidupan manusia tergantung pada al-quran, apa yang menjadi landasan dari hal tersebut......??? atas jawabannya saya ucapkan banyak terima kasih pak.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wassalamuaaikum .Seharusnya demikian karena al-Qur'an sebagai pedoman hidup,tetapi perlu diingat bahwa panduan al-Qur'an bersifat global dan rinciannya ada dalam Ssunnah Rasul baik yang berupa qaulan,fi'lan dan taqriran.Utukitu perlu mengkaji secara intensif sejarah hidup Rasulullah saw.sejak diangkat menjadi Rasul hingga wafatnya.

      Hapus