TUGAS PROPHETIK DAN RELASINYA DENGAN PROSES PENDIDIKAN UMAT ISLAM
(Studi Analisis atas Surat Jum’ah:2)
A.
Mukaddimah
Nabi Ibrahim as.
yang dikenal dengan sebutan:”Abu Al-Anbiya’” (Bapak Para Nabi), memohon
kepada Allah SWT. Agar kelak di kota Makkah diutus seorang pemimpin dari kalangan mereka
dengan mengemban empat tugas pokok:membacakan ayat-ayat-Nya,
mengajarkan al-Kitab dan al-hikmah serta mensucikan mereka.
Do’a Nabi
Ibrahim as. baru dikabulkan oleh Allah
SWT. kurang lebih setelah seribu empat ratus tahun kemudian dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai
Rasul yang terakhir. Suatu hal yang
menarik dari peristiwa ini adalah, adanya perubahan urutan bidang tugas
pokoknya, dimana posisi tazkiyah yang awalnya menduduki posisi keempat, menjadi
urutan kedua. Perubahan urutan ini tentu saja memiliki signifikansinya sendiri,
dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi umat yang akan dipimpin dan dididik oleh Nabi Muhammad saw.,serta
terkait dengan proses pendidikan yang akan menjadi tugas utama beliau ke depan
dalam mendidik umatnya.
Menurut cacatan
sejarah,masyarakat Makkah memiliki pendidikan sangat rendah, mayoritas mereka tidak bisa membaca dan
menulis, bahkan beliau pun demikian
juga. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya sistem pemerintahan yang kokoh
dan diakui eksistensinya oleh semua pihak, dekadensi moral yang ditandai dengan
semaraknya minuman keras dan praktik prostitusi serta pembunuhan terhadap anak
perempuan, peperangan antar kabilah yang terus menerus, fanatik buta terhadap warisan
budaya kakek moyang, dan penyembahan
terhadap berhala yang nyata-nyata bertentangan dengan ajaran tauhid yang dibawa
oleh Nabi Ibrahim as.
Dari kondisi
masyarakat yang demikian, Rasulullah saw.diberi amanat oleh Allah SWT. untuk
mendidik mereka dengan empat proses pendidikan
dengan urutannya yang sudah direvisi
tersebut.Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah saw.mendidik umatnya dengan
panduan al-Qur’an dan inayah Allah SWT. serta
jihad yang kontinue, mampu mengangkat mereka dari kesesatan yang nyata menjadi
ummat yang menerima petunjuk, dan menjadikan mereka khairu ummah, memiliki
kebudayaan yang tinggi serta mampu menaklukkan dua peradaban besar pada masanya
yaitu: Romawi dan Persia, serta mempolanya dengan budaya islami yang diambil
dari nilai-nilai al-Qur’an dan al-Sunnah.
Tulisan ini
berupaya menganalisis Surat Jum’ah ayat:2 dengan menkorelasikan dengan
ayat-ayat terkait yang relevan dengan missi prophetik dan relasinya dengan proses
pendikan yang mampu mencetak khairu ummah, dengan tujuan, agar dijadikan bahan
renungan bagi para pendidik dan pewaris kenabian dalam mendidik generasi khairu
ummah yan kita cita-citakan bersama.
B.
Tugas Pokok Rasulullah saw.Dalam Mendidik Ummatnya
Dalam Surat
Jum’at ayat :2 Allah SWT. :
uqèd
Ï%©!$#
y]yèt/
Îû
z`¿ÍhÏiBW{$#
Zwqßu
öNåk÷]ÏiB
(#qè=÷Ft
öNÍkön=tã
¾ÏmÏG»t#uä
öNÍkÏj.tãur
ãNßgßJÏk=yèãur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJõ3Ïtø:$#ur
bÎ)ur
(#qçR%x.
`ÏB
ã@ö6s%
Å"s9
9@»n=|Ê
&ûüÎ7B
ÇËÈ
“ Dia-lah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata,”
Dalam ayat ini
Allah menyebutkan empat tugas asasi Rasullah saw.dalam mendidik umatnya yang
ummi(tidak bisa membaca dan menulis)
serta sesat yang nyata dari berbagai aspek kehidupan mereka. Keempat tugas
pokok terseebut adalah:
1.
Menanamkan
aqidah yang benar dengan metode “Tilawah”.
Kata “tilawah”
dalam Bahasa Arab biasa dipakai untuk membaca teks, berbeda dengan
kata“qira’ah” yang artinya lebih luas, karena kata ini dipergunakan untuk
membaca teks dan menganalisa situasi dan kondisi sesuatu.Metode tilawah ini lebih cocok untuk diterapkan dalam
mendidik orang-orang Makkah yang mayoritas tidak bisa membaca dan menulis.Ini
bukan berarti bahwa penduduk Makkah tidak didorong untuk bisa baca tulis,tetapi
hal ini lebih berupa poses pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
terhadap umatnya.Buktinya,ayat pertama yang turun adalah perintah membaca.
Perintah
membaca, memndorong masyarakat yang belum bisa membaca untuk segera berupaya
bisa membaca, dan bagi yang sudah bisa membaca didorong untuk mempergunakan
kemampuan membacanya untuk menulis gagasan atau ide-ide yang tertuang dalam
ayat-ayat dari hasil pembacaan dan
analisisnya, sebagaimana Allah mengisyaratkannya dalam Surat al-Qalam yang
turun berikutnya.
Kata “ayat”
memiliki makna yang beragam, diantaranya : Mu’jizat (QS. Thaha:22-23:
öNßJôÊ$#ur
x8yt
4n<Î)
y7Ïm$uZy_
ólãørB
uä!$Òøt/
ô`ÏB
Îöxî
>äþqß
ºpt#uä
3t÷zé&
ÇËËÈ y7tÎã\Ï9
ô`ÏB
$uZÏF»t#uä
uö9ä3ø9$#
ÇËÌÈ
Tanda-tanda
(QS. Ali Imran:41):
tA$s%
Éb>u
@yèô_$#
þÍk<
Zpt#uä
( tA$s%
y7çGt#uä
wr&
zOÏk=x6è?
}¨$¨Y9$#
spsW»n=rO
BQ$r&
wÎ)
#YøBu
3 ä.ø$#ur
y7/§
#ZÏW2
ôxÎm7yur
ÄcÓÅ´yèø9$$Î/
Ì»x6ö/M}$#ur
ÇÍÊÈ
bukti nyata kekuasaan Allah (QS. Yunus:92)
ôs)s9ur
$tRù&§qt/
ûÓÍ_t/
@ÏäÂuó Î)
r&§qt7ãB
5-ôϹ
Oßg»oYø%yuur
z`ÏiB
ÏM»t6Íh©Ü9$#
$yJsù
(#qàÿn=tG÷z$#
4Ó®Lym
ãNèduä!%y`
ÞOù=Ïèø9$#
4 ¨bÎ)
y7/u
ÓÅÓø)t
öNæhuZ÷t/
tPöqt
ÏpyJ»uÉ)ø9$#
$yJÏù
(#qçR%x.
ÏmÏù
tbqàÿÎ=tGøs
ÇÒÌÈ
“Dan Sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat
kediaman yang bagus[705] dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka
mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang
tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka
di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu”.
,
dan ayat Al-Qur’an Surat al-Nahl:101
#sÎ)ur
!$oYø9£t/
Zpt#uä
c%x6¨B
7pt#uä
ª!$#ur
ÞOn=ôãr&
$yJÎ/
ãAÍit\ã
(#þqä9$s%
!$yJ¯RÎ)
|MRr&
¤tIøÿãB
4 ö@t/
óOèdçsYø.r&
w
tbqßJn=ôèt
ÇÊÉÊÈ
“ dan apabila Kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain
sebagai penggantinya Padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkan-Nya,
mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang yang mengada-adakan
saja". bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui”.
Dari
makna-makna ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dibacakan oleh
Rasulullah saw. terfokus pada persoalan aqidah, dan secara faktual ayat-ayat
Makkiyah banyak terfokus pada persoalan ini, dengan titik tekan pada pembuktian ketuhanan Allah SWT., kerasulan
Nabi Muhammad Saw.,kemu;jizatan al-Qu’an,hari akhirat dan aqidah lainnya serta
penanaman loyalitas kepada ajaran-ajaran-Nya.Dengan demikian, pendidikan aqidah seharusnya dijadikan fondasi dalam pendidikan
Islam dalam rangka membentuk kepribadian yang kokoh, tangguh setangguh akar tunjang yang menyangga
pohon yang tinggi menjulang ke langit.
Agar tilawah
ayat ini benar-benar efektif dalam menanamkan aqidah yang benar,diperlukan cara
tilawah yang baik dengan tahapan berikut:
a.Shihhatu
al-Nutqi (bacaannya harus benar,sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid)
untuk memberi kesempatan yang cukup untuk menghayati maknanya,sebagaimana
diperintahkan dalam al-Quran.
b.Shihhatu al-Tadabbur (
menghayati makna dan arahannya) sebagaimana firman Allah:
c.Shihhatu
al-Taatstsur ( beriteraksi dengan makna dan petunjukkanya) yang
ditandai dengan kekhusyuaan dan tetesan air mata dan gerakan emosinal lainnya,sebagaimana
diisyaratkan dalam al-Qufr’an:
d.Shihhatual-‘amal(
apa yang dirasakan dalama batinnya hendaknya diamalakan dalam kehidupan nyata)
sebagai relasasinya,sebagaimana diisyaratkan dalam Surat al-Anfal:
$yJ¯RÎ)
cqãZÏB÷sßJø9$#
tûïÏ%©!$#
#sÎ)
tÏ.è
ª!$#
ôMn=Å_ur
öNåkæ5qè=è%
#sÎ)ur
ôMuÎ=è?
öNÍkön=tã
¼çmçG»t#uä
öNåkøEy#y
$YZ»yJÎ)
4n?tãur
óOÎgÎn/u
tbqè=©.uqtGt
ÇËÈ úïÏ%©!$#
cqßJÉ)ã
no4qn=¢Á9$#
$£JÏBur
öNßg»uZø%yu
tbqà)ÏÿZã
ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré&
ãNèd
tbqãZÏB÷sßJø9$#
$y)ym
4 öNçl°;
ìM»y_uy
yYÏã
óOÎgÎn/u
×otÏÿøótBur
×-øÍur
ÒOÌ2
ÇÍÈ
“
Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama
Allah[595] gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia”.
Dengan proses
tilawah yang demikian memberi peluang bagi Rasulullah saw. untuk melanjutkan proses pendidikan berikutnya,yaitu tazkiyah. Ibaratnya,beliau
telah memproses awal pendidikan dengan
cara menyemai biji di tanah agar tumbuh akarnya,sebagaimana diisyaratkan
dalam dalam firman Allah:
Biji akar yang
tumbuh ini,tentu akan bertunas dan muncul kepermukaan.Untuk itu perlu disiapkan
proses berikutnya,yaitu upaya pembersihan lingkungannya agar tumbuh sehat dan
berkembang dengan baik.Proses tersebut dalam ayat disebut dengan” tazkiyah”.
2.Bidang
Tazkiyah
Kata “Tazkiyah”
dalam bahasa arab berarti : perbaikan, pembersihan dan pengembangan. Makna kata
tazkiyah ini terkait erat dengan proses pembinaan kepribadian manusia, yang
dalam bahasa pendidikan modern disebut perubahan tingkah laku dari yang tidak
disukai menjadi yang disukai.Proses ini perlu waktu yang panjang dan perlu
perhatian yang serius dan konstan. Ayat-ayat Makkiyah yang turun sekitar tiga
belas tahunan yang isinya mayoritas menekankan penanaman aqidah dan
akhlak,memberikan indikator bahwa proses ini lebih panjang dari proses
pendidikan berikutnya.Metode penyampaiannya
pun bervariasi,seperti kisah,amtsal (perumpamaan),sumpah dan lain-lain.
Dalam Al-Qur’an,
tazkiyah mencakup tiga hal; akal,
jasmani dan jiwa manusia. Tazkiyah akal difokuskan pada upaya merubah pola
pikir manusia pada tataran berikut ini :
a.
Perubahan
dari pola pikir kontemplatif menjadi pola pikir Introspektif. Artinya ,seorang
muslim dituntun agar tidak memikirkan apa penyebab eksternal yang menimpa
dirinya, tetapi hendaknya menfokuskan pikirannya kepada penyebab internalnya.
Ia hendaknya memikirkan mengapa hal tersebut terjadi pada dirinya, dan kaumnya,
apa salah dia dan apa salah kaumnya, sehingga diharapkan membenahi pembinaan
dirinya dan tidak menyalahkan pihak lain. (lihat : QS. Al-Syura’ :3)
b.
Perubahan
dari pola pikir taqlidis menjadi pola pikir reformis agar bisa menerima
perubahan. Seorang yang terbiasa meniru kebiasaan nenek moyangnya, biasanya sulit untuk melepaskannnya,apalagi
untuk menerima perubahan. Diantara penyebab tidak berimannya orang-orang musyrikin
Makkah, karena mereka taqlid buta terhadap para leluhurnya, sehingga apa yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ditolak mentah-mentah walau pun sesuai dengan
akal sehat manusia (al-Baqarah:170)
c.
Perubahan
dari pola pikir spekulatif dan bias kepentingan , kepada pola pikir ilmiah yang
berbasis pada data-data ilmiah yang ditarik dari hasil pendengaran(wawancara
dan lainnya),observasi dan analisis,sebagaimana diisyatakan dalam firman Allah
Surat al-Isra’:36).
d.
Perubahan
dari pola pikir subjektif, kepada pola pikir
objektif yang tidak terpengaruh dengan bias kepentingan pribadi,kelompok
atau golongan,sebagiamana diisyaratkan dalam firman AllahSurat al-Maidah :
e.
Perubahan
pola individualistik, kepada pola pikir kolektif,sebagaimana diisyaratkan dalam
firman Allah dalam Surat al-Anfal:25.
f.
Pola
pikir yang memadukan antara teori dan praktik,sebagaimana firman Allah QS.Shaf
:2
Sedangkan dalam aspek tazkiyah jismiyah (pembersihan jasmani),difokuskan
Pada empat hal:
a.Makananan
yang dikonsumsi hendaknya dipastikan halal dan thayyib,sebagaimana friman-Nya
dalam Surat al-Baqarah:168)
b.Tidak
mubadzzir dan israf dalam mengalokasikan dan menakar makanan dan
minuman,sebagaimana firman Allah Surat al-A’raf:31 dan
c.Bersyukur
kepada Allah dan peduli kepada orang fakir dan miskin,sebagaimana diisyaratkan
dalam Surat al-Haj:28 dan al-Ma’un.
d.
Anjuran untuk menikah sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Nisa’:2
d.Anjuran
membangun rumah untuk tempat tinggal bersama keluarga agar merasa tenang,nyaman
dan aman,sebagaimana diisyaratan dalam Surat al-A’raf ay:19
Sedangkan pembinan ruhiyah
difokuskan pada aspek ubudiyah dan akhlaqiyah.Fokus pembinaan ini bisa dibaca
dalam surat al-Muddatstsir dan al-Muzammil.Dalam Surat al-Muddatstsir setiap
muslim dituntut untuk melaksanak tugas indzar(memberi kabar
penakut),menggungkan Allah,membersihkan pakaian lahir dan batin dengan
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.Sedangkan dalam Surat
al-Muzamil khususnya pada ayat-ayat
permulaan,menekankan pelaksaan kewajiban
shalat malam dengan volume yang
variatif.Penekanan kewajiban shalat mala ini yang berlangsung sampai keselas
kenabian,yang kemudian dirubah dengan kewajiban shalat fardhhu lima waktu
sepulangnya Nabi dari Isra’ dan Mi’raj,menunjukkan urgensi shalat malam dalam
pendidikan dalam membentuk kepribadian yang tangguh.Para sabahat awal terkenal
dengan sebutan”ruhban fi al-laili dan fursan fi al-Nahar( mereka
layaknya para pendeta pada malam hari,dan pada siang harinya seperti para
penunggang kuda (berjihad fi sabilillah)”.
Pribadi yang kokoh keimanan
dan akhlaknya, akan mampu menjalankan seluruh perintah Allah dengan keikhlasan,
dan menjauhi larangan Allah dengan penuh keta’atan kepada-Nya.Ia tidak akan
berani merekayasa hukum-hukum syari’ah untuk menjustifikasi kepentingan
pribadinya.Ia tidak akan pernah merasa terbebani dengan segala aturan yang
tertera dalam al-Qur’an,sebagaimna dinyatakan dalam Surat al-A’raf:1.
Menurut hewat penulis,inilah rahasia mengapa urutas tugas
Rasulullah saw. Yang disulkan oleh Nabi Ibrahim direvisi, sehingga tazkiyah
yang semula berada pada posisi keempat, menjadi posisi yang kedua.Pribadi yang
matang aqidah dan akhlaknya, tidak mungkin mempermainkan hukum,tetapi akan
selalu sami’na wa atha’na, seperti yang terjadi pada sejarah
perjalanan hidup para sahabat.Kalau pun terjadi pelanggaran,seperti pada kasus
perang Uhud atau perang Mu’tah di mana 3 sahabat tidak pergi jihad karena
alasan tertentu,mereka rata-rata menyadri kesalahannya dan bertaubat, dan
jumlah kasusnya sangat minim.
3.Bidang
Ta’lim Al-Kitab
Ta’lim al-Kitab
(mengajarkan al-Kitab).Para ulama tafsir rata-rata menafsirkan kata al-Kitab
ini dengan al-Qur’an.Pertanyaannya kemudisan adalah ,apa bedanya dengan tugas
pertama dan kedua di atas,bukankah yang dibacakan untuk mendidik mereka adalah ayat-ayat
al-Qur’an? .Menurut hemat penulis yang dimaksud dengan al-Kitab ini,memang
al-Qur’an tetapi focus utamanya adalah ketetapan-ketetapan Allah yang berupa
hukum-hukum praksis sehari-hari yang
mengatur kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, dengan argumentasi berikut:
a.Ayat-ayat hukum rata-rata turun
setelah Rasulullah saw. Hijrah ke Madinah.
b.Rasullah saw.sudah menjadi
penguasa tunggal di Kota Madinah yang memungkinkan untuk mengatur kehidupan
masyarakat dan bebangsa .Kondisi kondusif seperti ini tidak bisa beliau temui di Kota makkah,karena yang berkuasa di sana
orang-orang musyrikin.
c. merupakan pembekalan bidang
keilmuan secara teroritis, yang dengannya diharapkan umat Islam memiliki
pengetahuan yang cukup tentang ajaran agamanya, sehingga seluruh perkataan dan perbuatannya
didasari atas ajaran yang dianutnya.Dan secara realitas kajian dan produk
pemikiraan umat Islam banyak tertuang pada aspek hukum ini.
d.Tugas ketiga ini sebenarnya sudah
disosialisasikan dalam perjalanan Isra’ dan mi’raj dengan menvisiualasikannya
kepada Rasulullah saw.apa yang akan dilakukan oleh umatnya selama perjalan
mi’rajnya dengan didampingi oleh Malaikat Jibri as. Yang berfunfsi sebagai
pemandu dan penafsir dari apa yang divisualisasikan kepadanya.
.Bukti
konkritnya,ayat-ayat Madani memuat hukum tentang mu’amalah,hudud
,qishahs,ekonomi , politik dan ilmu-ilmu
pendukung lain-lainnya yang pada
keseluruhannya menjadi dasar pijak dalam membangun kebudayaan berbasis al-Qur’an,dan
tugas ini benar-benar diaplikasikan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara setelah beliau hijrah ke Kota Madinah.
4.Bidang
Ta’lim Al-Hikmah
Kata hikmah
dalam al-Qur’an memiliki makna pelajaran (QS.Al-Qamar:4-5). Akurat dan tepat
(QS. Hud:1), solusi yang pas (QS. Al-Fushshilat:63), kemampuan
(QS.Al-Baqarah:269), pemahaman dan pengetahuan (QS. Luqman:12) dan kemampuan
menakar, mengatur dan bertindak yang bijak (QS. Al-Nahl:125).
Dari makna
hikmah diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi fokus pembinaan berikutnya
adalah kemampuan memadukan antara teori dan praktik, sehingga segala ucapan
dan tindakannya benar-benar bijaksana. Imam Syafi’I berpendapat bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah
sunnah.Pendapat ini menurut hemat penulis cukup kuat,karena setiap Nabi
dibekali danngan kitab suci dan hikmah, yang
berarti hikmah memiliki makna lain, dan fungsi yang berbeda, tetapi
pelengkap.Oleh karenanya, setiap Nabi merupakan penerjemah dari kitab
sucinya baik dengan kata-kata,perbuatan
dan keputusan atau sikap yang menunjukkan persetunjuannya, dan secara kuantitas
mereka lebih banyak daripada kitab suci yang diturunkan sebagai hidayah bagi
umat manusia.
Diutusnya Para
Nabi dan Rasul. As yang semuanya berasal dari komunitas kaumnya agar agenda
perubahan yang diusungnya lebih diterima
oleh kaumnya, karena mereka tahu persis asal-usulnya,kejujuran dan amanahnya.Oleh
sebab itu,sebaiknya para pendidik juga berasal dari komunitas yang sama,karena
mereka lebih tahu tentang situasi dan kondisi masyarakatnya,problem yang mereka
hadapi,adat istiadat yang berkembang,tempat tinggal yang permanen dan
terjangkau dan hal-hal lainnya sehingga integritas dan loyalitasnya benar-benar
teruji.
Kesimpulan/Penutup
Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan berikut:
1.
Tugas
esensial rasulullah SAW dalam mendidik ummatnya meliputi 4 bidang :Bidang
aqidah yang di fokuskan pada pelurusan persepsi tentang Allah SWT, rasul , hari
kiamat, dan rukun-rukun iman lainnya. Bidang pembinaan kepribadian yang
difokuskan pada pembinaan mental spiritual, peluruaan pola pikir dan pembinaann
jasmani. Bidang pembekalan keilmuan yang difokuskan pada ilmu-ilmu syariat dan
pendukungnya, dan bidang keterampilan yang difokuskan pada kemampuan dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana dicontohkan oleh Nabi dalam sunnahnya
baik yang berupa ucapan,perbuatan dan persetujuannya.
2.
Diutusnya
Nabi Muhammad saw. Sebagai rasul merupakan karunia Allah untuk umat manusia.
Karunia ini nampak ketika dikaitkan dengan pernyataan Allah pada penghujung
ayat, bahwa ummatnya pada awalnya benar-benar dalam kehidupan sesat yang nyata yang
meliputi aqidah,ibadah,mu’amalah,politik dan lain-lainnya ,yang dengan jihad dan
kesabaran beliau, kehidupan mereka berubah menjadi kehidupan yang dipandu oleh
hidayah Al-Qur’an ,diselamatkan dari keterpurukan dan menghantarkan mereka
menjadi ummat terbaik yang disegani oleh kawan dan lawan.
3.
Ayat ini memberi tuntunan kepada kita bahwa
merubah masyarakat yang sesat dalam segala bidang kehidupannya menuju
masyarakat yang memiliki panduan yang jelas, sangat mungkin dilakukan, apalagi
sekedar merubah masyarakat yang sesat
dalam hal-hal yang bersifat parsial. Hal ini juga semakin memperkuat bukti bahwa Al-Qur’an
secara historis mampu melakukan perubahan yang mendasar dalam diri manusia.
4.
Perubahan
urutan isi Nabi Ibrahim yang semula tazkiyah menduduki urutan terakhir kemudian
menjadi urutan kedua, menunjukkan bahwa tazkiyah hendaknya didahulukan
pelaksanaannya dari pada ta’lim Al-Kitab dalam proses pendidikan dan pembinaan
kepribadian peserta didik.Proses ini diperkuat dengan kronologi turunnya
surat-surat periode awal:Al-‘alaq,al-Muddatstsir,al-Muzammil dan al-Qalam.
5.
Terminologi
tazkiyah dalam al-Qur’an lebih tepat diterjemahkan dengan pendidikan yang
meliputi 3 komponen pokok: pendidikan jasmani,rohani dan akal.
6.
Seorang
pendidik termasuk para da’i seharusnya menambah keilmuannya agar mampu
melaksanakan tugasnya dengan baik dan bijaksana
7.
Pendidikan
aqidah merupakan fondasi dari seluruh
aspek pendidikan manusia, ia ibarat akar dari sebuah pohon.Keruntuhan total
kepribadian manusia akan terjadi apabila aqidahnya rusak total, sebagaimana
sebuah pohon akan tumbang apabila akarnya tercabut total.Untuk itu,perlu
diperhatikan dan disiram dengan hidayah al-Qur’an dan Sunnah agar tumbuh sehat
,berkembang dan tangguh dalam menyangga pohon keislamannya yang selalu
menghadapi realitas kehidupan yang
beragam dan menantang ,dan pada akhirnya diharapkan mampu melahirkan
ihsan-ihsan yang setiap saat bisa dinikmati oleh seluruh insan. (Wallau a’lam bi al-shawab)