Jumat, 08 September 2017

NUZUL AL-QUR'AN

NUZUL AL-QUR’AN

A.  Makna Nuzul al-Qur’an
       Nuzul secara bahasa berarti singgah dan menempati sebuah tempat, dan meluncurnya sesuatu dari atas ke bawah.
 Kedua makna hakiki ini tidak cocok untuk makna nuzul al-Qur’an karena terkesan megandung makna tempat dan jism (phisik). Oleh sebab itu ,perlu dicari makna majazinya (metaphoriknya), yaitu al-I’lam bihi (pemberitahuan tentang al-Qur’an).Dengan demikian,jika yang dimaksud turunnya al-Qur’an  yang merupakan sifat yang qadim ke lauhu al-mahfudz dan bait al-‘Izzah, berarti pemberitahuan tentang al-Qur’an dengan perantara simbol yang menunjukkan kepadanya. Dan jika yang dimaksudkan adalah turunnya al-Qur’an kepada hati Nabi Muhammad saw berarti pemberitahuan tentang al-Qur’an lewat sarana yang menunjukkan kepadanya  yang berupa  lafadz yang hakiki.
 Korelasi antara makna hakiki dan majazi adalah “keharusan,” karena penurunan sesuatu kepada sesuatu mengharuskan pemberitahuan kepada orang yang kepadanya diturunkan sesuatu tersebut. Dengan demikian jenis majaznya adalah majaz mursal. Dan jika yang dimaksudkan adalah kata-kata yang mengandung kemu’jizatan, maka maknanya juga pemberitahuan, tapi dengan cara pemberitahuan pengukuhan terhadap kemu’jizatannya.
       Takwil kata inzal dengan i’lam - menurut al-Zarqani- lebih cocok dengan argumentasi berikut:
1.         Kata-kata terkait dengan petunjuk dan pemahaman
2.         Tujuan diturunkannya al-Qur’an ke Lauh Mahfudz, Sama’ al-Dunya dan kepada hati Nabi Muhammad saw.adalah pemberitahuan kepada penduduk langit dan bumi tetang kehendak Allah SWT. untuk memberikan petunjuk kepada manusia dengan al-Qur’an yang haq ini.
  1. Penafsiran dengan pemberitahuan ini sesuai dengan semua makna  nuzul dari berbagai sebutannya.
B.  Tahapan Nuzul al-Qur’an
      Al-Qur’an diturunkan dalam beberapa tahapan berikut:
Pertama,   Dari Allah ke laf al-Mahfudz sebagaimana firman Allah SWT:
بل هو قران مجيد فى لوح محفوظ” .
                 Hikmah dari diturunkaannya al-Qur’an pada tahapan ini sama dengan hikmah dari eksistensi lauf al-Mahfudz itu sendiri yang merupakan tempat pencatatan keseluruhan dari apa yang diciptakan dan ditakdirkan Allah SWT.Pencatatan ini mengisratkan urgensi tertib administrasi dalam pembukuan dokumen.
Kedua,     Dari lauf al-mahfudz ke Sama’ al-Dunya atau Baitul ‘Izzah sekaligus, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ƒÍÉZãB ÇÌÈ  
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ  
Kedua ayat ini yang memakai kata ”anzala” yang secara makna bahasanya menunjukkan bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus. Makna ini dikuatkan juga oleh firman Allah yang lain, di antaranya pada Surat al-baqarah:185 yang menyatakan bahwa al-Qu’an diturunkan pada bulan Ramadlan. Kita tahu al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad saw tidak hanya diturunkan pada Bulan Ramadlan, tetapi diturunkan pada bulan-bulan yang lainnya.
       Terdapat beberapa hadits yang juga memperkuat turunnya al-Qur’an dari Lauf al-Mhafudz ke sama’ al-Dunnya atau mawaqi al-Nujum, diantaranya Hadits riwayat al-Nasa’i,al-Hakim dan al-Baihaqi  dari Ikrimah dari   Ibn Abbas ra. Bahwa beliau berkata: ”Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke sama’ al-dunya pada malam lailatu al-Qadar, kemudian diturunkan (kepada nabi Muhammad saw) sekitar dua puluh tahunan. Kemudian beliau membaca ayat:
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxƒÍ\s?
            Hikmah diturunknnya al-Qur’an sekaligus ke Sama’ a-Dunya, diantaranya   adalah:
1.           Untuk menunjukkan keagungan al-Qur’an dan keagungan orang yang kepadanya diturunkan al-Qur’an, dengan cara mengumumkannya kepada seluruh penduduk ketujuh langit bahwa Kitab yang terakhir tersebut akan diturunkan kepada Nabi yang agung dan penutup para  Nabi dan Rasul, dan untuk ummat yang terbaik.
2.           Membedakan al-Qur’an dengan Kitab-Kitab sebelumnya yang kesemuanya diturunkan sekaligus.
3.           Menambah kerinduan Nabi saw kepada al-Qur’an.
4.        Menambah keyakinan tentang keberadaan al-Qur’an dan mengikis keraguan terhadapnya, karena dengan didokumentasikan dalam berbagai arsip  secara otomatis akan menambah keyakinan dan pengukuhan atas eksistensi al-Qur’an.  
Ketiga,     Dari sama’al-dunya kepada Nabi Muhammad saw secara bertahap kurang lebih dua puluh tiga tahun, sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas .

C.  Hikmah diturunkannya al-Qur’an secara bertahap kepada nabi Muhammad saw
1.      Mengokohkan hati Nabi Muhammad saw dengan argumentasi berikut:
a)      Kedatangan malaikat jibril secara berkala dengan membawa wahyu dari Allah SWT dapat dipastikan memperkokoh keyakinan Rasullah saw akan bantuan dan dukungan moril dari Allah SWT dalam menjalankan missi dakwahnya.
b)      Pengalaman dakwah para nabi sebelumnya yang tertuang dalam al-Qur’an dengan segala problematikanya  akan meringankan beban tugas yang diembannya karena pada realitasnya tak jauh berbeda  dengan yang dihadapi beliau.
c)      Kemenangan kemenangan yang diraih beliau dalam mengahadapi penentangnya dan semakin banyaknya orang musyrik yang masuk Islam dapat dipastikan menambah keyakinannya terhadap kebenaran risalahnya.


2.      Mempermudah beliau dalam menghafal dan mengaplikasikannya dalam realitas kehidupan sehari hari.hal ini mengingat beliau dan mayoritas shabatnya tidak bisa membaca dan menulis.
3.      Mendidik masyarakat Muslim yang baru terbentuk secara gradual dari aspek teori dan praktik.Hal ini mengingat hal-hal berikut:
a)      Adanya kemusyrikan yang mengakar di tengah teengah masyarakat jahiliyah yang ditandai dengan penyembanhan terhadap berhala-hala yang mereka buat sendiri.
b)      Adat istiadat yang telah lama mendarah daging dalam kehidupan sosial mereka, seperti: kebiasaan meminum arak dan berjudi, berzina dan mengubur anak perempuan hidup-hidup.
c)      Tidak adanya kepala pemerintahan representatif yang memiliki ligimitasi kekuasan penuh terhahap semua kabilah.
4.      Mengikuti dinamika perkembangan dan peristiwa yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah hidup rasulullah saw dalam menjalankan misinya.
5.      Menunjukkan kemu’jizatan al-Qur’an bahwa ia benar-benar murni wahyu dari Allah.









DIRASAT ULUM AL-QUR’AN

DIRASAT ULUM  AL-QUR’AN

Definisi al-Qur’an
            Ulum al-qur’an berasal dari dua suku kata Bahasa Arab yang terdiri dari kata “ulum dan “al-Qur’an” yang kemudian disusun secara  idhafi (atributif) sehingga menjadi “Ulum al-Qur’an.
            Ulum merupakan kata plural dari kata “ilm” yang secara etimologi berarti: ”perasaan, dugaan kuat, pengalaman. Orang yang merasakan sesuatu dan memiliki dugaan kuat atau memiliki pengalaman tentang sesuatu tersebut dikatakan “alim.” Kata “ilm” memiliki padanan kata (muradif) “al-Fahm” (pemahanan) dan “al-ma’rifah” (pengetahuan), “al-yaqin” (keyakinan) serta “al-jazm” (kepastian).
            Sedangkanilm menurut epistemologinya berarti: “Data-data yang disusun secara sistematis pada satu disiplin tertentu.
            Kata “al-Qur’an” merupakan kata benda. Ulama berbeda pendapat apakah kata al-Qur’an ini merupakan kata benda netral (jamid) atau kata benda jadian (musytaq).
Imam Syafi’i dan Imam Qira’at Ibnu Katsir berpendapat bahwa al-Qur’an adalah kata benda netral. Ia adalah nama dari sebuah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, seperti halnya Taurat atau Injil merupakan kata benda netral dan nama dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa dan Isa as.
Ulama yang lain mengatakan bahwa al-Qur’an adalah kata benda jadian. Namun mereka berbeda pendapat tentang asal muasal kata benda jadian tersebut sebagaimana berikut:
  1. Al-Zajjaj berpendapat kata al-Qur’an merupakan kata sifat, yang berinduk pada wazan “fu’lan dan berasal dari kata “al-Qar’u yang berarti “mengumpulkan,” seperti kata orang Arab “Qara al-maa fi al-haudhi(mengumpulkan air di kolam).
  2. Abu al-Hasan al-Asy’ari mengatakan al-Qur’an berasal dari kata “Qarn.” Huruf alif merupakan tambahan, sedangkan huruf nun nya asli. kata ini berarti “menggabungkan,” seperti kata orang Arab “qarantu al-syaia bi al-syaii” (aku menggabungkan antara sesuatu dengan sesuatu yang lain). Al-Qur’an dinamakan demikian karena menggabungkan antara beberapa huruf, kata-kata dan surat, atau karena menggabungkan antara ilmu-ilmu pengetahuan yang terdahulu dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang terakhir.
  3. Al-Farra’ berpendapat bahwa al-Qur’an berasal dari “al-Qarain” bentuk plural dari kata al-qarinah yang berarti keterkaitan atau penguat. Al-Qur’an dikatakan demikian karena antara satu ayat dan lainnya atau antara surat dengan surat lainnya memiliki kemiripan dan saling kuat menguatkan antara satu dan lainnya.
  4. Sementara ulama lain berpendapat al-Qur’an dari kata “Qiraa” yang berarti “jamuan tamu.” Dikatakan demikian, karena ada Hadits dirawayatkan al-Hakin dan al-Daru Quthni sebagaimana berikut:
القرآن مأدبة الله فى الأرض فأقبلوا على مأدبته ما استطعتم
      Artinya: ”Al-Qur’an adalah hidangan di muka bumi, maka per-
      gilah menuju hidangan itu semampu kalian.”
  1. Al-Lihyani berpendapat bahwa al-Qur’an berasal dari kata ”   qira’ah” (bacaan). Al-Qur’an dinamakan demikian karena ia dibaca sepenuh hati dengan menggabungkan lafadz yang satu dengan yang lainnya.
   
Dari beberapa pendapat di atas, yang paling kuat adalah pendapat al-Lihyani, dengan argumentasi berikut:
a.    Mengacu pada sumber dan kaidah Bahasa Arab
b.    Memiliki penguat dari ayat al-Qur’an, sebagaimana berikut:
" لا تحرك به لسانك لتعجل به إن علينا جمعه و قرآنه. فإذا قرأناه فاتبع قرآنه ( القيامة:17-18)
            Sedangkan al-Qur’an menurut epistimologinya adalah: ”Kalam Allah yang mengandung nilai mu’jizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan Malaikat Jibril, tertulis dalam mushhaf, ditransfer melalui periwayatan yang mutawatir dan bernilai ibadah bagi pembacanya, diawali dari Surat al-Fatihah dan diakhiri dengan Surat al-Nas.”
Nama-Nama al-Qur’an                
            Ulama menyebutkan beberapa nama lain untuk al-Qur’an yang diambil dari ayat-ayat al-Qur’an sendiri. Tetapi ada hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian nama selain al-Qur’an ini, karena para ulama mencampuradukkan antara nama dan sifat atau fungsi al-Qur’an sehigga jumlahnya relatif cukup banyak. Di antara nama yang sering disebut dalam al-Qur’an adalah:
  1. Al-Kitab, sebagaimana firman Allah SWT pada awal Surat al-Baqarah:
$O!9# ÇÊÈ   y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ  

  1. Al-Furqan,sebagaimana disebutkan dalam al-Furqan ayat:1
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉtR ÇÊÈ  

  1. Al-Dizkr,nama ini disebutkan dalam Surat al-Hijr ayat:9
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: ÇÒÈ  
Dari nama-nama ini yang ada kaitannya dengan isyarat bahwa Allah akan menjaga al-Qur’an adalah nama al-Qur’an dan al-Kitab. Nama al-Qur’an mengisyaratkan bahwa kitab ini  dijaga kemutawatirannya lewat hafalan. Dan untuk itu Allah SWT mempermudah umat Islam untuk menghafal ayat-ayat al-Qur’an bagi mereka yang menghendakinya. Sedangkan nama al-Kitab mengisyaratkan bahwa al-Qur’an akan dijaga lewat pembukuan. Yang terakhir ini diilhamkan oleh Allah SWT kepada Umar Ibn al-Khathab ra Untuk membukukan al-Qur’an pada masa kekhilfaan Abu Bakar ra.

Fungsi al-Qur’an

            Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk kepada seluruh umat manusia, sebagaimana dinyatakan dalam Surat al-Isra’:9
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 šÏf ãPuqø%r& çŽÅe³u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZŽÎ6x. ÇÒÈ  
            Ayat ini menjelaskan bahwa al-Qur’an menunjukkan kepada hal-hal yang lurus. Dengan tidak disebutkannya objek dari yang ditunjukkan, menunjukkan bahwa petunjuk al-Qur’an bersifat universal, mencakup berbagai bidang kehidupan duniawi dan ukhrawi,  dan petunjukkannya paling lurus.
            Petunjuk al-Qur’an tersebut dapat diklasifikasikan sebagaimana berikut:
1.      Petunjuk aqidah yang mencakup dalam rukun iman yang enam
2.      Petunjuk akhlaq al-Karimah baik yang terkait dengan hablum bi Allahi dan hablun bi al-Nas
3.      Petunjuk Syari’at/Hukum-hukum Islam yang berupa Hudud, Qishash, hukum perdata dan lain-lain
4.      Al-Hikmah
Isi Kandungan al-Qur’an
1.      Tauhid sebagaimana firman Allah dalam Surat an-Nahl:36
ôs)s9ur $uZ÷Wyèt/ Îû Èe@à2 7p¨Bé& »wqß§ Âcr& (#rßç6ôã$# ©!$# (#qç7Ï^tGô_$#ur |Nqäó»©Ü9$# ( Nßg÷YÏJsù ô`¨B yyd ª!$# Nßg÷YÏBur ïÆ¨B ôM¤)ym Ïmøn=tã ä's#»n=žÒ9$# 4 (#r玍šsù Îû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øx. šc%x. èpt7É)»tã šúüÎ/Éjs3ßJø9$# ÇÌÏÈ  
Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut [826] itu,” Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
2.      Janji dan ancaman
ytãur ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡uŠs9 Îû ÇÚöF{$# $yJŸ2 y#n=÷tGó$# šúïÏ%©!$# `ÏB öNÎgÎ=ö6s% £`uZÅj3uKãs9ur öNçlm; ãNåks]ƒÏŠ Ï%©!$# 4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãŠs9ur .`ÏiB Ï÷èt/ öNÎgÏùöqyz $YZøBr& 4 ÓÍ_tRrßç6÷ètƒ Ÿw šcqä.ÎŽô³ç Î1 $\«øx© 4 `tBur txÿŸ2 y÷èt/ y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÎÎÈ  
Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Ÿxsù y7ö7Éf÷èè? óOßgä9ºuqøBr& Iwur öNèdß»s9÷rr& 4 $yJ¯RÎ) ߃̍ムª!$# Nåku5ÉjyèãÏ9 $pkÍ5 Îû Ío4quŠysø9$# $u÷R9$# t,yd÷s?ur öNåkߦàÿRr& öNèdur tbrãÏÿ»x. ÇÎÎÈ  
Artinya: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam Keadaan kafir.
  1. Ibadah
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
Artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Definisi Ulum a-Qur’an
            Kata ulum yang digabung dengan kata al-Qur’an sehingga menjadi “ulum al-Qur’an” memiliki definisi tersendiri. Dalam hal ini ulama membaginya menjadi dua: Definisi Ulum al-Qur’an al-Idhafi dan definisi Ulum al-Qur’an al-Mudawwan.
            Definisi Ulum al-Qur’an al-Idhafi adalah sekelompok ilmu pengetahuan yang terkait dengan pemahaman al-Qur’an. Definisi ini bersifat umum sehingga mencakup ilmu-ilmu syar’i seperti: Tafsir, Hadits, Ushul Fiqh, dan ilmu-ilmu yang dipergunakan untuk memhami al-Qur’an, seperti: Ilmu Bahasa, Sejarah dan lain-lainnya dan masing-masing dari ilmu-ilmu tersebut berdiri sendiri.
            Sedangkan definisi Ulum al-Qur’an al-Mudawan lebih terfokus pada gabungan ilmu-ilmu pengetahuan yang terkait erat dengan jati diri al-Qur’an dan penelitian al-Qur’an, sebagaimana definisi berikut:
“Ulum al-Qur’an adalah ilmu yang membahas al-Qur’an dari aspek turunnya, asbab nuzul, munasabat, pembukuannya dan lain-lainnya.”      

B. Klasifisikasi Ulum al-Qur’an
Secara garis besar Ulum al-Qur’an dibagi menjadi dua:
1.         Ulum al-Qur’an bi al-Riwayah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an yang yang sumbernya dari periwayatan, seperti: Ilmu Asbab al-Nuzul dan Ilmu Qira’at.
  1. Ulum al-Qur’an bi al-Dirayah, yaitu ilmu-ilmu al-Qur’an yang diperoleh dari hasil ijtihad melalui penelitian para ulama, seperti: Ilmu Munasabat, Ilmu Nasikh wa al-Mansukh, I’jaza al-Quran dan lain-lain.

C. Manfaat Mempelajari Ulum al-Qur’an
       Di antara manfaat meempelajari Ulum al-Qur’an adalah:
1.         Mengakses  berbagai ilmu pengetahuan yang dimuat dalam al-Qur’an baik yang bersifat toritis ataupun praktis
  1. Sebagai alat bantu memahami, mengungkap dan istinbath (pengeluarkan) hukum atau pesan-pesan moral dan pendidikan dalam al-Qur’an
  2. Memperdalam keimanan terhadap orisinalitas al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT dan menolak berbagai issu negatif terhadap al-Qur’an yang dilontarkankan oleh musuh-musuh Islam yang bertujuan meragukan dan menodai kesucian dan keorisinilan al-Qur’an
  3. Mengapresiasi dan melestarikan warisan intelektual para ulama terahulu dalam bidang ulum al-Qur’an