NUZUL AL-QUR’AN
A. Makna Nuzul al-Qur’an
Nuzul secara bahasa berarti singgah dan
menempati sebuah tempat, dan
meluncurnya sesuatu dari atas ke bawah.
Kedua makna hakiki ini tidak cocok untuk makna
nuzul al-Qur’an karena terkesan megandung makna tempat dan jism (phisik). Oleh
sebab itu ,perlu dicari makna majazinya (metaphoriknya), yaitu al-I’lam bihi
(pemberitahuan tentang al-Qur’an).Dengan demikian,jika yang dimaksud turunnya
al-Qur’an yang merupakan sifat yang
qadim ke lauhu al-mahfudz dan bait al-‘Izzah, berarti pemberitahuan tentang
al-Qur’an dengan perantara simbol yang menunjukkan kepadanya. Dan jika yang
dimaksudkan adalah turunnya al-Qur’an kepada hati Nabi Muhammad saw berarti
pemberitahuan tentang al-Qur’an lewat sarana yang menunjukkan kepadanya yang berupa
lafadz yang hakiki.
Korelasi antara makna hakiki dan majazi adalah
“keharusan,” karena penurunan sesuatu kepada sesuatu mengharuskan pemberitahuan
kepada orang yang kepadanya diturunkan sesuatu tersebut. Dengan demikian jenis
majaznya adalah majaz mursal. Dan jika yang dimaksudkan adalah kata-kata yang
mengandung kemu’jizatan, maka maknanya juga pemberitahuan, tapi dengan cara
pemberitahuan pengukuhan terhadap kemu’jizatannya.
Takwil kata inzal dengan i’lam - menurut al-Zarqani- lebih cocok dengan argumentasi berikut:
1.
Kata-kata terkait dengan petunjuk
dan pemahaman
2.
Tujuan diturunkannya al-Qur’an ke
Lauh Mahfudz, Sama’ al-Dunya dan kepada
hati Nabi Muhammad saw.adalah pemberitahuan kepada penduduk
langit dan bumi tetang kehendak Allah SWT. untuk
memberikan petunjuk kepada manusia dengan al-Qur’an yang haq ini.
- Penafsiran dengan pemberitahuan ini sesuai dengan semua makna nuzul dari berbagai sebutannya.
B. Tahapan Nuzul al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan dalam beberapa
tahapan berikut:
Pertama, Dari Allah ke laf al-Mahfudz
sebagaimana firman Allah SWT:
” بل هو قران مجيد فى لوح محفوظ” .
Hikmah dari
diturunkaannya al-Qur’an pada tahapan ini sama dengan hikmah dari eksistensi
lauf al-Mahfudz itu sendiri yang merupakan tempat pencatatan keseluruhan dari apa
yang diciptakan dan ditakdirkan Allah SWT.Pencatatan ini mengisratkan urgensi
tertib administrasi dalam pembukuan dokumen.
Kedua, Dari lauf al-mahfudz ke Sama’
al-Dunya atau Baitul ‘Izzah sekaligus, sebagaimana
dinyatakan dalam firman Allah:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû 7's#øs9 >px.t»t6B 4 $¯RÎ) $¨Zä. z`ÍÉZãB ÇÌÈ
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ
Kedua ayat ini yang memakai
kata ”anzala” yang secara makna bahasanya menunjukkan bahwa al-Qur’an
diturunkan sekaligus. Makna ini dikuatkan juga oleh firman Allah yang lain, di
antaranya pada Surat al-baqarah:185 yang menyatakan bahwa al-Qu’an diturunkan
pada bulan Ramadlan. Kita tahu al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad saw tidak
hanya diturunkan pada Bulan Ramadlan, tetapi diturunkan pada bulan-bulan yang
lainnya.
Terdapat
beberapa hadits yang juga memperkuat turunnya al-Qur’an dari Lauf al-Mhafudz ke
sama’ al-Dunnya atau mawaqi al-Nujum, diantaranya Hadits riwayat al-Nasa’i,al-Hakim
dan al-Baihaqi dari Ikrimah dari Ibn
Abbas ra. Bahwa beliau berkata: ”Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke sama’
al-dunya pada malam lailatu al-Qadar, kemudian diturunkan (kepada nabi Muhammad
saw) sekitar dua puluh tahunan. Kemudian beliau membaca ayat:
$ZR#uäöè%ur çm»oYø%tsù ¼çnr&tø)tGÏ9 n?tã Ĩ$¨Z9$# 4n?tã ;]õ3ãB çm»oYø9¨tRur WxÍ\s?
Hikmah diturunknnya
al-Qur’an sekaligus ke Sama’ a-Dunya, diantaranya adalah:
1.
Untuk menunjukkan keagungan al-Qur’an dan keagungan orang yang
kepadanya diturunkan al-Qur’an, dengan cara mengumumkannya kepada seluruh
penduduk ketujuh langit bahwa Kitab yang terakhir tersebut akan diturunkan
kepada Nabi yang agung dan penutup para Nabi dan Rasul, dan untuk ummat yang terbaik.
2.
Membedakan al-Qur’an dengan
Kitab-Kitab sebelumnya yang kesemuanya diturunkan sekaligus.
3.
Menambah kerinduan Nabi saw kepada
al-Qur’an.
4.
Menambah keyakinan tentang keberadaan al-Qur’an
dan mengikis keraguan terhadapnya, karena dengan didokumentasikan dalam
berbagai arsip secara otomatis akan
menambah keyakinan dan pengukuhan atas eksistensi al-Qur’an.
Ketiga, Dari sama’al-dunya kepada Nabi Muhammad saw
secara bertahap kurang lebih dua puluh tiga tahun, sebagaimana disebutkan dalam
ayat di atas .
C. Hikmah diturunkannya al-Qur’an secara bertahap kepada nabi
Muhammad saw
1.
Mengokohkan hati Nabi Muhammad saw dengan argumentasi berikut:
a)
Kedatangan malaikat jibril secara
berkala dengan membawa wahyu dari Allah SWT dapat
dipastikan memperkokoh keyakinan Rasullah saw akan bantuan dan dukungan moril
dari Allah SWT dalam
menjalankan missi dakwahnya.
b)
Pengalaman dakwah para nabi
sebelumnya yang tertuang dalam al-Qur’an dengan segala problematikanya akan meringankan beban tugas yang diembannya
karena pada realitasnya tak jauh berbeda
dengan yang dihadapi beliau.
c)
Kemenangan kemenangan yang diraih
beliau dalam mengahadapi penentangnya dan semakin banyaknya orang musyrik yang
masuk Islam dapat dipastikan menambah keyakinannya terhadap kebenaran
risalahnya.
2.
Mempermudah beliau dalam menghafal
dan mengaplikasikannya dalam realitas kehidupan sehari hari.hal ini mengingat
beliau dan mayoritas shabatnya tidak bisa membaca dan menulis.
3.
Mendidik masyarakat Muslim yang
baru terbentuk secara gradual dari aspek teori dan praktik.Hal ini mengingat
hal-hal berikut:
a)
Adanya kemusyrikan yang mengakar
di tengah teengah masyarakat jahiliyah yang ditandai dengan penyembanhan
terhadap berhala-hala yang mereka buat sendiri.
b)
Adat istiadat yang telah lama
mendarah daging dalam kehidupan sosial mereka, seperti: kebiasaan
meminum arak dan berjudi, berzina dan
mengubur anak perempuan hidup-hidup.
c)
Tidak adanya kepala pemerintahan
representatif yang memiliki ligimitasi kekuasan penuh terhahap semua kabilah.
4.
Mengikuti dinamika perkembangan
dan peristiwa yang terjadi sepanjang perjalanan sejarah hidup rasulullah saw
dalam menjalankan misinya.
5.
Menunjukkan kemu’jizatan al-Qur’an
bahwa ia benar-benar murni wahyu dari Allah.